2002:
Masa kejayaan dimulai
Era
BlackBerry dimulai pada Maret 2002, ketika RIM meluncurkan BlackBerry 5810. Ia
perangkat genggan pertama dari RIM yang mendukung jaringan nirkabel GSM dan
GPRS. Ponsel ini ditujukan ke segmen korporasi. Layar masih monokrom, dan
pengguna harus menancapkan headset
lalu memasangnya di telinga jika ingin melakukan panggilan
telepon. Perusahaan asal Kanada itu lantas mempermudah kegiatan panggilan
telepon, dengan menyematkan hardware
audio built-in di
ponsel mulai dari BlackBerry 6710. Terobosan nyata ditunjukan pada seri 7200
dan 7700 tahun 2004. Kedua ponsel itu tak hanya ditujukan untuk segmen
korporasi, namun sudah pro segmen konsumen.
BlackBerry
kemudian mengalami pembaruan dengan layar berwarna, desain elegan, dan
konsisten dengan menyediakan tombol fisik pada papan ketiknya.
Sukses
besar diraih ketika RIM melahirkan BlackBerry seri Curve, Pearl, hingga Bold
untuk segmen konsumen menengah ke atas.
RIM
semakin kuat dengan menguasai pasar di segmen korporasi. Mereka menandatangani
kerjasama eksklusif di sana-sini, dengan perusahaan multinasional yang
membekali karyawannya ponsel BlackBerry lengkap dengan layanan nirkabel
BlackBerry Internet Service (BIS).
2006
sampai 2007
RIM
memang masih berada di puncak kejayaan, namun di masa itu, secara tak sadar
mereka mulai menabur benih kemunduran.
Apple
memperkenalkan iPhone pada 2007, dan tak lama Google merilis Android. Keduanya
berlari cepat sambil menebar pesona kepada konsumen dan pengembang aplikasi.
Sementara RIM seakan menutup mata tak menyadari dua lawannya lari begitu cepat,
menyalip, dan akhirnya berada jauh di depan.
Masa
kejayaan BlackBerry masih berlangsung hingga 2009 ketika mereka menguasai 44 persen
pasar ponsel pintar di AS, menurut data lembaga riset NDP Group. Namun,
popularitas BlackBerry mulai menurun pada 2010 dengan perolehan pasar 25
persen.
RIM
mulai terbangun. Menyadari pangsa pasarnya telah direnggut oleh iPhone dan
Android. Harga saham anjlok, dan investor memberi tekanan kepada RIM.
2010:
Gagal di bisnis tablet
Tahun
2010, dunia dihebohkan dengan kedatangan komputer tablet iPad buatan Apple.
Google pun mengembangkan sistem operasi Android untuk tablet, yang bebas
diadopsi oleh produsen komputer.
RIM
tak ingin ketinggalan, mereka membuat tablet BlackBerry PlayBook, yang berjalan
dengan sistem operasi QNX. Demi mengembangkan sistem operasi tersebut, RIM
merogoh kocek 200 juta dollar AS untuk mengakuisisi QNX Software Systems dari Harman
International Industries Inc.PlayBook tak laku. RIM rugi besar. Dikutip dari
media bisnis Bloomberg,
angka penjualan PlayBook sangat kecil bahkan terus menurun. PlayBook terjual
500.000 unit pada kuartal 1 tahun 2011, lalu 200.000 unit pada kuartal 2 tahun
2011, dan hanya 150.000 unit pada kuartal 3 tahun 2011. Jika ditotal, penjualannya
hanya 850.000 unit.
Penjualan
PlayBook yang kurang dari target itu menyebabkan kerugian sampai 485 juta
dollar AS. Laba RIM hingga kuartal 3 tahun 2011 anjlok 71 persen (tahun ke
tahun), dari 911,1 juta dollar AS menjadi 265 juta dollar AS.
RIM
melesu. Roda kepemimpinan berputar. Android dinobatkan sebagai pemimpin pasar
perangkat mobile global,
dan Apple menempati peringkat dua berkat iPhone dan iPad.
2012:
Tahun pembaruan
Tekanan
kuat datang dari investor. Mereka mendesak agar duet Jim Balsillie dan Mike
Lazaridis turun dari tahta Chairman dan CEO, karena dianggap tak lagi cakap
membawa perubahan berarti.
"Ini
sangat sulit," kata Lazaridis, yang tak lain adalah pendiri RIM.
"Saya cinta perusahaan ini. Saya mencintai karyawan. Mereka adalah
keluarga besar saya," tambahnya seperti dikutip dari The Globe and Mail.
Lazaridis
berbesar hati. Ia rela meninggalkan posisi CEO demi kelangsungan hidup
perusahaan yang ia dirikan pada 1984 silam. Lazaridis dan Balsillie kemudian
duduk di kursi dewan direksi.Mulai 22 Januari 2012, posisi CEO RIM jatuh kepada
seorang berkebangsaan Jerman bernama Thorsten Heins, yang sebelumnya menjabat sebagai
Chief Operating Officer (COO) di RIM.
Muda,
berpengalaman dalam industri telekomunikasi, dan pembawaan diri yang tenang,
Heins diharap mampu membawa perubahan berarti dalam tubuh RIM yang sedang goyah
diterpa tekanan investor.
Heins,
yang pernah bekerja di perusahaan telekomunikasi Siemens, merampingkan
organisasi perusahaan RIM dengan memutus hubungan kerja ribuan karyawan.
Restrukturisasi ini dilakukan untuk menghemat keuangan perusahaan sekitar 1
miliar dollar AS tahun 2012.
Sumber
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar