Jumat, 15 November 2013

Perjalanan Blackberry



2002: Masa kejayaan dimulai
Era BlackBerry dimulai pada Maret 2002, ketika RIM meluncurkan BlackBerry 5810. Ia perangkat genggan pertama dari RIM yang mendukung jaringan nirkabel GSM dan GPRS. Ponsel ini ditujukan ke segmen korporasi. Layar masih monokrom, dan pengguna harus menancapkan headset lalu memasangnya di telinga jika ingin melakukan panggilan telepon. Perusahaan asal Kanada itu lantas mempermudah kegiatan panggilan telepon, dengan menyematkan hardware audio built-in di ponsel mulai dari BlackBerry 6710. Terobosan nyata ditunjukan pada seri 7200 dan 7700 tahun 2004. Kedua ponsel itu tak hanya ditujukan untuk segmen korporasi, namun sudah pro segmen konsumen.
BlackBerry kemudian mengalami pembaruan dengan layar berwarna, desain elegan, dan konsisten dengan menyediakan tombol fisik pada papan ketiknya.
Sukses besar diraih ketika RIM melahirkan BlackBerry seri Curve, Pearl, hingga Bold untuk segmen konsumen menengah ke atas.
RIM semakin kuat dengan menguasai pasar di segmen korporasi. Mereka menandatangani kerjasama eksklusif di sana-sini, dengan perusahaan multinasional yang membekali karyawannya ponsel BlackBerry lengkap dengan layanan nirkabel BlackBerry Internet Service (BIS).

2006 sampai 2007
RIM memang masih berada di puncak kejayaan, namun di masa itu, secara tak sadar mereka mulai menabur benih kemunduran.
Apple memperkenalkan iPhone pada 2007, dan tak lama Google merilis Android. Keduanya berlari cepat sambil menebar pesona kepada konsumen dan pengembang aplikasi. Sementara RIM seakan menutup mata tak menyadari dua lawannya lari begitu cepat, menyalip, dan akhirnya berada jauh di depan.
Masa kejayaan BlackBerry masih berlangsung hingga 2009 ketika mereka menguasai 44 persen pasar ponsel pintar di AS, menurut data lembaga riset NDP Group. Namun, popularitas BlackBerry mulai menurun pada 2010 dengan perolehan pasar 25 persen.
RIM mulai terbangun. Menyadari pangsa pasarnya telah direnggut oleh iPhone dan Android. Harga saham anjlok, dan investor memberi tekanan kepada RIM.

2010: Gagal di bisnis tablet
Tahun 2010, dunia dihebohkan dengan kedatangan komputer tablet iPad buatan Apple. Google pun mengembangkan sistem operasi Android untuk tablet, yang bebas diadopsi oleh produsen komputer.
RIM tak ingin ketinggalan, mereka membuat tablet BlackBerry PlayBook, yang berjalan dengan sistem operasi QNX. Demi mengembangkan sistem operasi tersebut, RIM merogoh kocek 200 juta dollar AS untuk mengakuisisi QNX Software Systems dari Harman International Industries Inc.PlayBook tak laku. RIM rugi besar. Dikutip dari media bisnis Bloomberg, angka penjualan PlayBook sangat kecil bahkan terus menurun. PlayBook terjual 500.000 unit pada kuartal 1 tahun 2011, lalu 200.000 unit pada kuartal 2 tahun 2011, dan hanya 150.000 unit pada kuartal 3 tahun 2011. Jika ditotal, penjualannya hanya 850.000 unit.
Penjualan PlayBook yang kurang dari target itu menyebabkan kerugian sampai 485 juta dollar AS. Laba RIM hingga kuartal 3 tahun 2011 anjlok 71 persen (tahun ke tahun), dari 911,1 juta dollar AS menjadi 265 juta dollar AS.
RIM melesu. Roda kepemimpinan berputar. Android dinobatkan sebagai pemimpin pasar perangkat mobile global, dan Apple menempati peringkat dua berkat iPhone dan iPad.

2012: Tahun pembaruan
Tekanan kuat datang dari investor. Mereka mendesak agar duet Jim Balsillie dan Mike Lazaridis turun dari tahta Chairman dan CEO, karena dianggap tak lagi cakap membawa perubahan berarti.
"Ini sangat sulit," kata Lazaridis, yang tak lain adalah pendiri RIM. "Saya cinta perusahaan ini. Saya mencintai karyawan. Mereka adalah keluarga besar saya," tambahnya seperti dikutip dari The Globe and Mail.
Lazaridis berbesar hati. Ia rela meninggalkan posisi CEO demi kelangsungan hidup perusahaan yang ia dirikan pada 1984 silam. Lazaridis dan Balsillie kemudian duduk di kursi dewan direksi.Mulai 22 Januari 2012, posisi CEO RIM jatuh kepada seorang berkebangsaan Jerman bernama Thorsten Heins, yang sebelumnya menjabat sebagai Chief Operating Officer (COO) di RIM.
Muda, berpengalaman dalam industri telekomunikasi, dan pembawaan diri yang tenang, Heins diharap mampu membawa perubahan berarti dalam tubuh RIM yang sedang goyah diterpa tekanan investor.
Heins, yang pernah bekerja di perusahaan telekomunikasi Siemens, merampingkan organisasi perusahaan RIM dengan memutus hubungan kerja ribuan karyawan. Restrukturisasi ini dilakukan untuk menghemat keuangan perusahaan sekitar 1 miliar dollar AS tahun 2012.

Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar