Senin, 04 Juni 2012

Jumlah Pendidikan dan Persentase Jumlah Lulusan di DKI Jakarta

Menjadi Ibu Kota negara bukan berarti fasilitas pendidikan di DKI Jakarta telah memadai. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menemukan 2.531 sekolah yang rusak berat ada di Jakarta.
"Untuk SD itu, jumlah sekolah yang rusak berat 1198. Untuk SMP sebanyak 1333," kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), M Nuh kepada wartawan usai rapat Komite Pendidikan di Kantor Wapres, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Selasa (14/2/2012). Nuh mengatakan, sekolah yang rusak ini kebanyakan berada di daerah Jakarta Utara. Sekolah ini diharapkan telah selesai diperbaiki pada bulan Oktober nanti.

Ibukota tidak hanya mempunyai potret buruk dalam lingkungan pendidikan, buktinya  sebanyak 119.212 dari 119.452 siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Madrasah Aliyah (MA) serta Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) se DKI Jakarta yang mengikuti ujian nasional dinyatakan lulus. "Persentase tingkat kelulusan siswa SMA/MA dan SMK mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya," kata Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Taufik Yudi Mulyanto kepada wartawan, Jumat siang. Ia mengatakan, persentase tingkat kelulusan UN siswa SMA/MA di DKI Jakarta mencapai 99,65 persen dan 99,92 persen untuk siswa SMK.

"Total peserta UN siswa SMA/MA mencapai 54.466 orang lulus sebanyak 54.276 orang atau mencapai 99,65 persen. Jumlah siswa SMA/MA yang tidak lulus mencapai 190 orang atau sebanyak 0,35 persen," ujar Taufik. Sedangkan angka kelulusan peserta UN SMK, lanjut Taufik, yang dinyatakan lulus sebanyak 64.936 siswa atau 99,92 persen dari total peserta UN SMK 64.986 siswa.

"Siswa SMK yang tidak lulus sebanyak 50 siswa atau 0,08 persen," tuturnya. Ia menuturkan, angka kelulusan siswa SMK tahun 2012 meningkat dibandingkan angka kelulusan tahun 2011 yang mencapai 99,82 persen.
"Angka kelulusan siswa SMA 2012 meningkat dibandingkan angka kelulusan tahun 2011 yang mencapai 99,52 persen," tuturnya.

Sumber :

Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia

Dalam lima tahun terakhir, perkembangan ekonomi dunia ditandai dengan Pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari rata-rata historisnya (di atas 4%), aliran FDI global yang terus meningkat dan melambungnya harga komoditas minyak serta non-minyak dunia, sehingga menyebabkan tekanan inflasi dunia Meningkat. Dalam periode yang sama perekonomian domestik juga ditandai dengan akselerasi pertumbuhan ekonomi namun dengan tingkat yang moderat, rasio investasi terhadap PDB yang masih lebih rendah dibandingkan sebelum krisis walaupun aliran masuk FDI neto terus meningkat serta rata-rata inflasi yang sedikit lebih tinggi dibandingkan sebelum krisis, terutama karena kenaikan BBM pada 2005. Pertumbuhan perekonomian dunia dan volume perdagangan dunia periode 2008-2012 diprakirakan akan tetap tinggi sementara harga komoditas migas dan non-migas masih berada pada level di atas rata-rata historis. Dari sisi domestik, diperkirakan stabilitas ekonomi makro tetap terkendali, kondisi fiskal Indonesia masih terjaga, dan aliran FDI ke Indonesia terus meningkat. Dengan asumsi perekonomian dunia dan domestik seperti tersebut di atas, perekonomian Indonesia 2008-2012 diprakirakan akan semakin baik, ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat dan berkualitas serta inflasi yang menurun. Prospek perekonomian tersebut didasarkan pada optimisme terjadinya sinergi kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas ekonomi makro serta terus membaiknya iklim investasi, infrastruktur, ketenagakerjaan dll.

Sumber : http://rinnanikshi.files.wordpress.com/2012/01/kondisi-ekonomi-5-tahun-terakhir.ppt

Minggu, 03 Juni 2012

Pendapatan Nasional


Pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh seluruh rumah tangga keluarga (RTK) di suatu negara dari penyerahan faktor-faktor produksi dalam satu periode,biasanya selama satu tahun.
Konsep pendapatan nasional pertama kali dicetuskan oleh Sir William Petty dari Inggris yang berusaha menaksir pendapatan nasional negaranya(Inggris) pada tahun 1665. Dalam perhitungannya, ia menggunakan anggapan bahwa pendapatan nasional merupakan penjumlahan biaya hidup (konsumsi) selama setahun. Namun, pendapat tersebut tidak disepakati oleh para ahli ekonomi modern, sebab menurut pandangan ilmu ekonomi modern, konsumsi bukanlah satu-satunya unsur dalam perhitungan pendapatan nasional. Menurut mereka, alat utama sebagai pengukur kegiatan perekonomian adalah Produk Nasional Bruto (Gross National Product, GNP), yaitu seluruh jumlah barang dan jasa yang dihasilkan tiap tahun oleh negara yang bersangkutan diukur menurut harga pasar pada suatu negara.

Pendapatan negara dapat dihitung dengan tiga pendekatan, yaitu:
Pendekatan pendapatan, dengan cara menjumlahkan seluruh pendapatan (upah, sewa, bunga, dan laba) yang diterima rumah tangga konsumsi dalam suatu negara selama satu periode tertentu sebagai imbalan atas faktor-faktor produksi yang diberikan kepada perusahaan.

-          Rumus Pendekatan pendapatan : Y = R + W + I + P

R = rent = sewa
W = wage = upah/gaji
I = interest = bunga modal
P = profit = laba

Pendekatan produksi, dengan cara menjumlahkan nilai seluruh produk yang dihasilkan suatu negara dari bidang industri, agraris, ekstraktif, jasa, dan niaga selama satu periode tertentu. Nilai produk yang dihitung dengan pendekatan ini adalah nilai jasa dan barang jadi (bukan bahan mentah atau barang setengah jadi).

-          Rumus Pendekatan produksi : Y = Y = (PXQ)1 + (PXQ)2 +…..(PXQ)n

P = harga
Q = kuantitas

Pendekatan pengeluaran, dengan cara menghitung jumlah seluruh pengeluaran untuk membeli barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu negara selama satu periode tertentu. Perhitungan dengan pendekatan ini dilakukan dengan menghitung pengeluaran yang dilakukan oleh empat pelaku kegiatan ekonomi negara, yaitu: Rumah tangga (Consumption), pemerintah (Government), pengeluaran investasi (Investment), dan selisih antara nilai ekspor dikurangi impor ()

-          Pendekatan Pengeluaran : Y = C + I + G + (X-M)

C = konsumsi masyarakat
I = investasi
G = pengeluaran pemerintah
X = ekspor
M = impor

Rumus menghitung pertumbuhan ekonomi adalah sebagai berikut :

g = {(PDBs-PDBk)/PDBk} x 100%
g = tingkat pertumbuhan ekonomi PDBs = PDB riil tahun sekarang PDBk = PDB riil tahun kemarin

Contoh soal :
PDB Indonesia tahun 2008 = Rp. 467 triliun, sedangkan PDB pada tahun 2007 adalah = Rp. 420 triliun. Maka berapakah tingkat pertumbuhan ekonomi pada tahun 2008 jika diasumsikan harga tahun dasarnya berada pada tahun 2007 ?
Jawab :
g = {(467-420)/420}x100% = 11,19%

sumber :