Pendahuluan
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik mengatakan budaya bisa menjadi alat pemersatu bangsa, karena melalui kebudayaan antarwarga masyarakat akan semakin akrab.
"Untuk itu, setiap daerah perlu memperbanyak karnaval budaya, karena kegiatan tersebut dapat memperkokoh persatuan bangsa," katanya pada pelepasan karnaval budaya menyambut Festival Sriwijaya XIX Tahun 2010, di Palembang, Rabu.
Karnaval budaya yang diikuti 15 kabupaten dan kota itu, merupakan rangkaian kegiatan Festival Sriwijaya yang diselenggarakan setiap tahun.
Dalam pelepasan karnaval budaya itu juga digelar berbagai aktrasi budaya serta kesenian tradisional dari 15 kabupaten dan kota se Sumatera Selatan.
Lebih lanjut menteri mengatakan budaya juga dapat meningkatkan kunjungan wisatawan, karena mereka ingin mengetahui keanekaragaman budaya nusantara.
Namun, yang lebih penting lagi melalui karnaval budaya bisa menjadi salah satu alat promosi untuk meningkatkan kunjungan wisatawan.
Budaya sebagai alat pemersatu bangsa
Dalam kehidupan ini budaya juga merupakan suatu alat pemersatu bangsa, banyak sekali hal yang dapat kita lakukan dalam hal ini. Salah satu contoh nya pada saat ada acara pagelaran budaya, banyak masyarakat yang datang untuk menyaksikan pagelaran tersebut dan mereka kebanyakan berasal dari daerah yang bebeda-beda, apalagi pada saat event pagelaran budaya yang sangat besar disitu. Masyarakat dari berbagai daerah datang untuk menampilkan budayanya dan ada yang bermaksud untuk menontonnya. Disaat seperti ini masyarakat satu bertemu dengan masyarakat lainnya sehingga saling berinteraksi dan saling bertukar informasi. Dari sebelumnya yang belum kenal akan menjadi kenal dan dari sebelumnya yang belum tau menjadi tau dan kita banyak mendapat informasi yang banyak tentang budaya.
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Kebudayaan selalu merujuk pada sederetan sistem pengetahuan yang dimiliki bersama, perangai - perangai, kebiasaan - kebiasaan, nilai - nilai, peraturan - peraturan, dan simbol - simbol yang berkaitan dengan tujuan seluruh anggota masyarakat yang berinteraksi dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik. Dipandang dari wujudnya, menurut Koentjaraningrat, kebudayaan memiliki ide, bentuk dan perilaku. Sedangkan dikaji dari segi unsur, kebudayaan memiliki 7 (tujuh) unsur pokok yaitu sistim kepercayaan, bahasa, sistim ekonomi, sistim sosial, ilmu pengetahuan, teknologi dan sni. Secara sederhana bahwa kebudayaan adalah nilai - nilai dan gagasan vital yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Seni adalah ekspresi dari jiwa manusia yang diwujudkan dalam karya seni. Pernyataan ini mengisyaratkan terjadinya kreatifitas dalam hal olah imajinasi dan olah rupa, gerak, suara, cahaya, bau dan sebagainya. Penciptaan seni terjadi oleh adanya proses cipta, karsa dan rasa. Penciptaan di bidang seni mengandung pengertiaan yang terpandu antara kreatifitas, penemuan dan inovasi yang sangat dipengaruhi oleh rasa. Namun demikian, logika dan daya nalar mengimbangi rasa dari waktu ke waktu dalam kadar yang cukup tinggi. Rasa muncul karena dorongan kehendak naluri yang disebut karsa. Karsa dapat bersifat individu atau kolektif, tergantung dari lingkungan serta budaya masyarakat.
Globalisasi telah menjadi kenyataan yang tak terelakan. Dalam konteks percaturan budaya global, kesadaran untuk mempertanyakan isentitas justru semakin besar. Inilah hal yang mengiringi wacana tentang identitas (budaya) dalam globalisasi ini.
Dalam arus besar ini, kesenian lokal yang sekaligus sebagai corong penanaman nilai - nilai atau konsepsi - konsepsi sebagai satu unsur dalam kebudayaan lokal akan semakin tersisihkan. Apalagi yang terjadi pada generasi muda, kebudayaan barat akan semakin menindih kebudayaan lokal kita dalam diri mereka.
Maka tidak heran jika sosok yang kita hadapi sehari - hari dilingkungan kita adlaha sosok yang tidak teridentifikasi sebagai anak bangsa ini ( gaya bicara, kosa kata: semisal, “bajingan” dalam satu syair lagu populer, sopan santun, keramh tamahan, pola pikir, cara berpakaian dan lain sebagainya).
Hal yang harus dilakukan dalam menghadapi ini adalah menumbuhkan kesadaran, bahwa kekuatan lokal dapat sangat efektif untuk bekal memasuki global village (desa global) maupun global culture (budaya global). Kenyataan semacam itu hanya mungkin jika tumbuh kesadaran untuk terus - menerus membangun dialog, baik dalam skala personal maupun komunal, antara yang lokal dan yang global, antara yang traadisi dengan yang modern, dengan tendensi untuk saling melengkapi, dan saling memperkaya.
Nah, seni dalam jenis dan sifatnya adalah tidak dapat dipisahkan dari lingkungan hidup. Seni berkaitan dengan konsepsi ruang, waktu dan keadaan. Maka seni selalu memunculkan nilai - nilai atau konsepsi - konsepsi yang ada dalam lingkungan dimana ia berada. Diseluruh Indonesia terdapat ratusan nilai atau konsepsi semacam ini. Di Jawa ada beberapa jenis nilai seperti tersebut diatas yang sering diangkat sebagai tema karya seni. Di antara nilai - nilai itu termasuk prinsip rukun, prinsip hormat, prinsip mamayu hayuning bawana, mamayu hayuning bangsa, adigang adiguna (sikap yang sombong), aja dumeh (jangan sok), ngono yo ngono (begitu ya begitu tetapi jangan begitu) dan laing sebagainya.
Nilai - nilai atau konsepsi - konsepsi yang terhadirkan dalam setiap tampilan kesenian, akan memasuki relung - relung hati setiap manusia yang terlibat dalam peristiwa seni ini (baik itu pelaku maupun penontonnya). Melihat hal semacam inilah maka sudah sangat jelas bahwa kesenian merupakan satu media yang signifikan untuk meningkatkan wawasan kebangsaan.
Kemampuan dan kesadaran semacam itu hanya dimiliki oleh mereka yang memiliki kapasitas knowledgeable artist, seorang seniman yang memiliki kemampuan dan pengetahuan luas. Seorang seniman yang terus memelihara daya kreasi dan semangat inovasi, serta membuka diri terhadap berbagai kemungkinan. Siapapun yang ingin memberikan kontribusi yang berarti bagi kesenian, bagi kehidupan, dan bagi kemanusiaan secara luas, tak ada pilihan lain kecuali menumbuhkan kesadaran bahwa pergaulan global adalah sebuah keniscayaan. Kemudian setelah itu harus memiliki komitmen dan integritas yang dapat dipertanggung jawabkan.
Penutup
Bangsa Indonesia masih kurang peka terhadap kebudayaan mereka, bangsa kita masih kelihatan sekedar ikut – ikutan apabila tersulut suasana saat kebudayaan kita diklaim oleh negara lain. Maka dari itu mulailah untuk memperhatikan serta melestarikan kebudayaan Indonesia yang sangat beragam jenisnya.
Dikutip dari :